Blogger yang berumah maya di www.mugniar.com

Kenapa Dukungan ICT Jadi Nyawa Baru Bisnis di 2025?

Selasa, 19 Agustus 2025 14:19 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Suasana Kerja Nyaman
Iklan

Ada delapan macam dukungan ICT yang dibutuhkan UKM agar bisa berkembang dengan baik di masa ini.

***

Pada era digital, koneksi dan data bukan sekadar “alat tambahan” bagi pelaku bisnis. Mereka justru menjadi tulang punggung operasi. Bayangkan toko, klinik, sekolah, atau pabrik yang mati koneksi selama beberapa jam maka akibatnya berentetan, seperti antrean membengkak, transaksi macet, data tak bisa diakses.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk itulah, bisnis B2B (bisnis yang melayani bisnis lain) membutuhkan dukungan yang bukan sekadar menjual paket internet, tetapi solusi menyeluruh agar operasional berjalan lancar, aman, dan hemat biaya. Lalu, dukungan seperti apa yang dibutuhkan? Berikut ini penjabarannya:

1. Infrastruktur yang Andal dan Skalabel

Bisnis perlu koneksi cepat dan stabil — bukan hanya untuk akses internet biasa, tapi juga untuk cloud, backup, video conference, dan sistem otomatis. Penyedia harus menjamin uptime tinggi, opsi bandwidth yang bisa ditingkatkan (skala naik-turun), serta akses ke data center lokal agar layanan responsif. Intinya, infrastruktur bukan barang sekali pasang, tapi layanan yang bisa tumbuh bersama bisnis.

2. Keamanan dan Kepatuhan (Security and Compliance)

Data pelanggan dan operasional adalah aset. Perusahaan B2B butuh lapisan keamanan (firewall managed, enkripsi, backup rutin, pemantauan serangan) dan juga dukungan untuk patuh pada regulasi data lokal. Tanpa ini, satu celah kecil bisa berujung denda, reputasi rusak, atau kebocoran data.

3. Solusi Komunikasi Terpadu

Layanan telepon, video conference berkualitas, chat internal, dan integrasi ke CRM/ERP membuat komunikasi antar tim dan ke pelanggan jadi efisien. Penyedia harus menawarkan platform terintegrasi yang mudah dipakai, bukan sekadar banyak aplikasi terpisah yang bikin repot.

4. IoT dan AI untuk Efisiensi Operasional

Industri sekarang butuh sensor (IoT) untuk memantau mesin, suhu, antrian, inventori, serta AI untuk mengolah data jadi insight: prediksi permintaan, deteksi anomali, rekomendasi tindakan. Penyedia telekomunikasi yang mendukung IoT plus edge computing memberi nilai tambah nyata pada bisnis, terutama manufaktur, ritel, dan pelayanan kesehatan.

5. Layanan pelanggan dan dukungan teknis 24/7

B2B butuh SLA jelas (waktu respon, waktu perbaikan) dan tim teknis yang bisa datang cepat bila perlu. Selain itu, multiple channel support (telepon, chat, tiket, on-site) dan monitoring proaktif (mendeteksi masalah sebelum pelanggan sadar) adalah tanda penyedia yang matang.

6. Edukasi dan Pendampingan (Capacity Building)

Teknologi baru akan sia-sia jika pengguna tak paham. Penyedia harus sediakan workshop, panduan praktis, serta pendampingan implementasi—agar karyawan bisnis bisa memakai solusi dengan efektif (misanya training keamanan siber, penggunaan platform kasir digital, manajemen inventori).

7. Integrasi dan Kustomisasi Solusi

Setiap bisnis itu unik. Penyedia harus bisa mengintegrasikan layanan dengan sistem yang sudah ada (misalnya EMR rumah sakit, ERP pabrik) dan memberi opsi kustomisasi agar solusi benar-benar cocok, bukan “paket general” yang memaksa penyesuaian besar-besaran.

8. Ekosistem dan kemitraan

Nilai tambah besar datang dari ekosistem: kerja sama penyedia dengan bank, platform e-commerce, vendor perangkat, dan developer lokal membuat solusi end to end—dari pembayaran hingga pengiriman—lebih mudah diadopsi oleh pelanggan B2B.

 

Dukungan Telkom Bagi B2B di Indonesia

 

Telkom menegaskan posisinya sebagai digital transformation enabler yang ingin memperkuat pangsa pasar B2B ICT di Indonesia[1]. Pada intinya, Telkom mendorong ekosistem digital terpadu yang menggabungkan layanan konektivitas, Internet of Things (IoT), keamanan siber, dan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu perusahaan-perusahaan bertransformasi digital dan tumbuh lebih cepat. 

Dari sudut pandang perusahaan B2B, fokus Telkom pada layanan Connectivity+ — seperti SD-WAN, Astinet, HSI, Metro-E, IP Transit, dan VPN — berarti penyediaan jaringan yang tidak hanya cepat tetapi juga lebih cerdas dan fleksibel. Bagi bisnis, ini relevan karena memungkinkan kantor cabang, toko, rumah sakit, atau pabrik terhubung dengan andal dan dikelola secara terpusat, sehingga operasional sehari-hari menjadi lebih stabil dan mudah dikontrol.

Lebih jauh, integrasi solusi keamanan jaringan (misalnya SASE) dalam paket konektivitas menunjukkan bahwa Telkom memahami satu kebutuhan krusial B2B: keamanan tetap menyertai konektivitas. Bagi perusahaan yang menyimpan data pelanggan dan transaksi, kombinasi koneksi cepat + proteksi end to end membantu mencegah gangguan layanan, kebocoran data, dan denda kepatuhan.

Dalam layanan IoT, Telkom menyediakan platform untuk mengelola banyak perangkat dari satu titik kontrol—sebuah kebutuhan nyata untuk bisnis yang punya banyak lokasi atau aset yang harus dipantau (misalnya gudang, armada, mesin pabrik, atau perangkat medis). Pemantauan terpusat seperti ini memudahkan automasi, mengurangi biaya operasional, dan mempercepat pengambilan keputusan berbasis data.

Adopsi AI oleh Telkom diarahkan untuk sejumlah fungsi praktis: monitoring perangkat real-time, analisis sentimen publik, pengolahan visual data besar, dan otomatisasi proses administratif. Bagi bisnis, AI ini berarti kemampuan mempercepat pekerjaan rutin (misalnya review dokumen), meningkatkan pemasaran yang terpersonalisasi, dan memprediksi masalah sebelum terjadi—semua berkontribusi pada efisiensi dan pengalaman pelanggan yang lebih baik.

Penting juga dicatat bahwa Telkom menekankan akses jaringan nasional melalui fiber, wireless, dan satelit, serta kemampuan kontrol kinerja jaringan real-time bersama mitra global. Artinya, perusahaan B2B dapat mengandalkan cakupan luas dan dukungan teknis yang konsisten—komponen kunci bila mereka ingin ekspansi ke daerah baru tanpa kehilangan kualitas layanan.

Dapat disimpulkan, arah strategi Telkom yang menggabungkan Connectivity+, IoT, Cybersecurity, dan AI sejalan dengan apa yang dibutuhkan pasar B2B saat ini: solusi terintegrasi, aman, dan mudah ditingkatkan sekaligus mendukung 8 kebutuhan bisnis yang disebutkan di awal tulisan ini. Bagi pelaku usaha, kunci sukses transformasi adalah memilih mitra yang tidak hanya menyediakan teknologi, tetapi juga layanan dukungan, pelatihan, dan model bisnis fleksibel sehingga digitalisasi benar-benar mendorong pertumbuhan bisnis.

 

Catatan kaki:

[1] Disampaikan oleh Direktur Enterprise & Business Service, Veranita Yosephine, bersama Direktur IT Digital, Faizal R. Djoemadi, pada Media Update bersama para awak media di Jakarta (14/8)

Bagikan Artikel Ini
img-content
Mugniar Marakarma

Blogger

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler